Berita
Teroris Tak Hanya ISIS
Peristiwa teror bom di kawasan Thamrin, Jakarta pekan lalu cukup membuat konsentrasi masyarakat dan media tertuju ke sana. Berbagai reaksi pun bermunculan. Terkait hal ini, Institute Soekarno Hatta, menggelar diskusi publik di Jakarta, Selasa (19/1).
Salah satu isu yang menguat di masyarakat adalah, teror yang dilakukan di Jakarta itu dilakukan oleh anggota ISIS.
“Kita bisa menebak kemana arah tujuan dimunculkannya isu ISIS di Indonesia,” kata Hendrajit salah satu pembicara dalam diskusi.
Hendrajit dari Global Future Institute itu kemudian menerangkan, bahwa mencuatnya isu ISIS, selain untuk kepentingan membangkitkan radikalisme, untuk menstigma Islam sebagai kelompok radikal, dan pada saat yang sama juga memicu konflik internal antar berbagai mazhab di kalangan Islam.
Lalu dari mana munculnya ISIS?
“Kita lihat bagaimana skenario Barat khususnya Amerika dan Inggris untuk memunculkan wajah Islam,” kata Hendrajit.
Ia kembali mempertegas bahwa kemunculan ISIS ditujukan untuk menciptakan kesan bahwa umat Islam itu fanatik, radikal, tidak berperikemanusiaan, tidak toleran, suka berperang maupun membenarkan tindak kekerasan terhadap warga masyarakat yang berkeyakinan lain.
Ia mencontohkan misalnya di berbagai negara, kelompok radikal ini muncul dengan nama yang berbeda-beda.
“Apapun namanya, sejatinya (mereka itu) ranting atau anak-anak yang lahir dari Al-Qaeda,” kata Hendrajit.
“Ada beberapa kajian yang mengkonfirmasi bahwa Al-Qaeda dan afiliasinya memang hadir di beberapa negara dengan sebutan (nama-nama) yang berbeda,” jelasnya.
“Misalkan di Afghanistan dengan nama Taliban. Di Yaman, Libya, Nigeria dengan Boko Haram. Di Suriah ada Jabhat Nusra yang milisinya dibiayai CIA untuk menjatuhkan Bashar Asad,” papar Hendrajit.
Bahkan di Indonesia, ia menyebut ada kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang belakangan kemudian disebut berafiliasi juga dengan ISIS.
Tampaknya, kelompok-kelompok radikal tersebut tampil dengan berbagai wajah di belahan dunia untuk menciptakan kekacauan dimana-mana. Dengan kata lain, teroris tidak hanya ISIS. Terlepas dari apakah teror bom di Jakarta dilakukan ISIS atau bukan, yang pasti kewaspadaan harus tetap ditingkatkan. Terlebih bagi aparat kemanan yang memiliki tanggungjawab penuh dalam melindungi setiap warganegara.
Hadir juga dalam diskusi tersebut beberapa pengamat, di antaranya Pengamat Teroris Umar Abdullah, Neta S. Pane dari Indonesian Police Watch(IPW), Pengamat Intelijen John Memphi dan Pengamat Militer Dr. Connie Rahakundini. (Malik/Yudhi)