Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Jadikan Rasulullah Suri Tauladan Kehidupan

Sebagian kita sering tergesa-gesa menilai sesuatu tanpa memikirkannya terlebih dahulu. Kita sering menilai hanya apa yang terlihat tanpa mencari tahu apa yang tersembunyi. Padahal apa yang tersembunyi seringkali lebih berharga dan mempunyai nilai yang sesungguhnya. Sementara kita sendiri tahu, kita terdiri dari dua unsur yaitu;  jasmani dan ruhani. Kita terdiri dari sesuatu yang lahir dan juga batin. Begitupun apa yang kita perbuat dan apa yang terjadi di sekitar kita, seringkali memiliki dua makna; lahir dan batin.

Seseorang bisa tampak ikhlas dalam memberi namun hatinya bisa jadi diselimuti riya’ dan kesombongan. Sebaliknya, seseorang bisa terkesan riya’ dan sombong meski hatinya penuh keikhlasan. Kita sebatas mampu menilai apa yang kita lihat saja, sehingga seringkali kita keliru olehnya, sebab itu sangat perlu berhati-hati dalam menilai sesuatu. Sebaiknya tidak mudah menyimpulkan. Tidak mudah menilai ini dan itu tentang seseorang. Serahkan penilaian itu kepada Allah SWT karena Dialah yang Mahatahu segalanya.

Kerusakan dan kekacauan di muka bumi kebanyakan disebabkan oleh manusia-manusia yang lancang mengambil hak Tuhan dengan suka menghakimi orang lain sesat, kafir, sombong, munafik, dan sebagainya.

Begitu juga dengan Alquran, yang memiliki dua makna, lahir dan batin. Alquran yang dibawa oleh malaikat Jibril dan ditanamkan ke kalbu Muhammad saw dalam bentuk batin yang hakiki dan disampaikan kepada umatnya dalam bahasa Arab sampai menjadi bentuk tekstual berupa kitab Alquran yang dapat dibaca dengan mata lahiriah.

Manusia biasa hanya mampu menjangkau yang sifatnya lahiriah saja; memahami huruf, kata dan kalimat serta artinya. Manusia biasa tidak akan mampu mengungkapkan seluruh makna hakiki Alquran, makna batiniah yang tertanam dalam kalbu Muhammad saw yang kemudian temurun ke Ahlulbait yang disucikan-Nya. 

Alquran adalah kitab suci yang hanya akan mampu dimaknai utuh; lahiriah dan batiniahnya oleh manusia suci pula.

Kesombongan manusia membawanya lupa akan makna sejati, makna batiniah dari Alquran. Sehingga mereka merasa cukup dengan memahami Alquran yang lahiriah saja, bahkan dengan mudah menafsirkan semaunya. Mereka merasa mampu menguasai Alquran dengan hanya menguasai sisi lahiriahnya saja; menghafal teks dan terjemahannya. Tak heran jika banyak orang yang dengan mudah mendapat status Ustaz yang keberadaannya bertebaran dimana-mana.

Sehingga apa yang terjadi? Banyak orang memahami Alquran sesuai keinginan nafsunya sendiri dan menggunakannya sesuai kepentingannya. Banyak orang awam yang tidak memahami asal ikut-ikutan karena merasa bahwa itu perintah Alquran yang harus ditaati.

Sebegitu banyaknya yang mengaku sudah menjadi Ustaz, merasa memahami dan mampu mengajarkan Alquran, sehingga seringkali salah memahami suatu ayat dengan beragam pemahaman yang berbeda-beda. Bisa jadi ayat Alquran yang sejatinya memerintahkan untuk berjihad, malah dipahami sebagai tindakan untuk melakukan perbuatan jahat. Sebaliknya, perbuatan jahat bisa saja dipahami atau dipaksakan untuk dipahami sebagai jihad atau perbuatan baik lainnya.

Bukankah teroris ISIS dan para pengusung ide Khilafah dan sejenisnya juga mengatasnamakan dirinya benar dan mengamalkan Alquran dalam membantai banyak orang? 

Bukankah sebagian penguasa Arab saat ini yang masih menerapkan perbudakan juga berdalil menggunakan Alquran? 

Itulah sebagian contoh dari perilaku sebgaian orang yang menafsirkan Alquran sesuai keinginan dan nafsunya sendiri-sendiri. Padahal, Rasulullah saw diutus untuk menebarkan kedamaian di muka bumi, karena Allah menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar saling mengenal bukan saling membunuh. Suku-suku dan bangsa-bangsa di seluruh dunia seharusnya bernaung dalam statusnya yang setara sebagai khalifah-Nya di muka bumi. Sebagaimana Rasulullah saw datang ke tanah Arab dengan membawa semangat menghapus perbudakan di tengah umat manusia.

Memang, kita sebagai manusia biasa tidak akan mampu memaknai Alquran secara utuh dan benar. Namun setidaknya kita bisa berusaha mendekati, atau berusaha menjauhkan diri dari kesalahan memahami. Bagaimana caranya? Dekati Rasulullah. Kenali Rasulullah saw lebih dalam lagi. Mengapa? Karena beliaulah yang paling memahami Alquran. Tutur kata, akhlak dan perilakunya adalah Qurani. Dengan mengenal, mencintai dan mengikuti perilakunya, maka artinya kita telah mengamalkan Alquran.

“Sesungguhnya Allah dan dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya. (QS Al-Ahzab: 56). 

Allahumma Shalli ‘ala Muhammad wa aali Muhammad. Dialah Muhammad saw. Penebar rahmat bagi seluruh alam semesta. Kedudukannya di sisi Allah paling tinggi di antara semua makhluk ciptaan-Nya, sehingga Allah SWT dan para malaikat bershalawat kepadanya. Tidak dicintai Allah tanpa mencintainya. Tidak diterima salat tanpa menyebut namanya. Tidak mencium harum surga tanpa mendapat syafaat darinya. Dialah tempat berwasilah, penghubung hamba dengan Allah SWT.

Alangkah baiknya bila kita tak terlalu percaya diri dan merasa mampu memahami Alquran secara utuh, merasa mampu sampai kepada Allah SWT tanpa penghubung, washilah, cinta dan syafaat Rasulullah saw. (Malik/Yudhi)


Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *