Artikel
Pertukaran yang Menguntungkan
Bukti-bukti saintifik (bukan teks-teks agama) menunjukkan bahwa manusia memiliki kapasitas lebih besar dari yang dibutuhkan senjang hidupnya. Banyak bagian dalam diri manusia sebenarnya dibuat lebih banyak dari yang (mampu) dipakai.
Ada semacam persediaan yang lebih banyak dari yang mampu dipakai. Sampai-sampai ada pakar yang bilang bahwa sekitar 70% dari kapasitas fisik dan non-fisik manusia praktis tidak terpakai selama hidupnya. Dalam sejumlah riset ilmiah ditemukan bahwa otak manusia rata-rata hanya terpakai sekitar 10-20 % dan selebihnya nganggur. Kecuali mungkin dalam kasus-kasus khusus.
Jika kita lakukan observasi sederhana maka kita akan menemukan kebenaran pernyataan di atas. Berapa banyak dari waktu yang kita miliki yang benar-benar kita pakai? Sampaikah 30 atau 50 % yang benar-benar termanfaatkan? Berapa banyak kolesterol, protein, enzim, adrenalin, gula darah, lemak, endofin, zat besi dan sebagainya dalam tubuh yang kita pakai?
Lalu, coba kita amati hal lebih sederhana ini: berapa banyak tenaga motor yang benar-benar kita pakai? Pernahkah kita habiskan mobil sampai mentok di kecepatan 180 kmj, misalnya? Bagaimana dengan gadget? Apakah Anda pernah memakai semua feature canggih dalam HP? Rumah-rumah yang mewah dan megah pada umumnya hanya digunakan 30 persen saja. Betapa banyak kolam renang yang menganggur berbulan-bulan tidak terpakai. Apalagi kebun. Musala rumah juga tampaknya sering berdebu.
Buku-buku yang kita beli. Uang yang kita simpan. Surat-surat berharga yang kita tumpuk. Tanah yang kita miliki. Dan sebagainya dan sebagainya. Berapa persen dari semua itu yang betul-betul terpakai?
Walhasil, betapa banyak barang yang kita miliki tapi betapa sedikitnya yang kita pakai dan kita manfaatkan. Bukan saja barang-barang milik kita di luar sana, tapi bahkan yang ada dalam tubuh kita. Begitu banyak yang seolah terbuang sia-sia. Jadi memang, sekali lagi, Pencipta telah begitu Pemurah dalam memberi dan kita tak bakal sanggup menghabiskannya.
Lantas, apakah makna semua ini? Islam mengajarkan bahwa persediaan yang begitu berlimpah ini sebenarnya karena manusia diciptakan untuk suatu perjalanan abadi. Dia bukan hidup untuk saat ini saja. Dia bukanlah benar-benar penduduk bumi ini. Kelak persediaan yang saat ini tidak terpakai itu akan terasa begitu sedikit dan kita menjadi sangat kekurangan. Dalam rangka perjalanan itulah dia wajib memakai dan memanfaatkan persediaan sebaik mungkin dan dengan cara sesempurna mungkin.
Lalu, bagaimana caranya kita dapat memanfaatkan semua ini secara optimal? Jawabannya dengan sistem penukaran yang unik. Caranya, barang yang kau miliki, tenaga yang kau simpan, atau umur yang tersedia dapat kau tukarkan atau konversikan menjadi pahala yang kekal abadi. Proses penukaran ini berlangsung lewat apa yang disebut dengan ibadah. Ia tentu saja dimulai dengan niat di dalam hati, dengan suatu pengetahuan yang benar. Untuk harta benda, misalnya, ada khumus, zakat, infaq, sedekah, hadiah dan sebagainya. Untuk yang lain-lain juga sama. Maka, sebanyak mungkin Anda dapat menukarkan hartamu, tenagamu, umurmu, tubuhmu dan apapun yang kau miliki untuk sesuatu yang abadi, sehingga semuanya kelak dapat benar-benar terpakai.
Lebih baik lagi apabila Anda mampu mengambil sedikit saja dari yang ada saat ini untuk ditukar menjadi bekal abadi itu. Mengapa? Karena dengan mengambil sesedikit mungkin dari yang ada, kau telah memaksimalkan pemanfaatannya.
Teladan kita, Rasulullah, umpamanya, tak pernah memakan dua jenis makanan sekaligus. Beliau juga tak memakai baju baru kecuali baju lamanya beliau sedekahkan kepada yang membutuhkan. Beliau juga senantiasa makan bersama yang lain. Makan saat lapar dan berhenti sebelum kenyang. Jarang sekali beliau meminta bantuan orang meski banyak yang ingin membantunya. Beliau jarang berbicara yang sia-sia. Bahkan tidak berbicara kecuali ditanya.
Hidup teladan manusia (baca: Rasulullah) itu memang begitu efisien. Begitu ekonomis. Beliau sadar sekali betapa penting menukar semua yang terpakai dengan bekal di perjalanan abadi. Beliau bersikap zuhud sambil memperbanyak ibadah agar proses barternya benar-benar menguntungkan. (Abu Jawad/Yudhi)