Berita
Milad Isa dan Natal Muhammad
Milad dalam bahasa Arab atau yang sering disebut orang Indonesia sebagai Maulid secara umum bermakna hari kelahiran. Di Indonesia, kata serapan maulud atau maulid ini digunakan secara khusus untuk peristiwa kelahiran Nabi Muhammad saw. Sementara kata serapan Natal digunakan untuk kelahiran Nabi Isa as.
Berbeda halnya di negeri-negeri Timur Tengah yang penduduknya mayoritas pengguna bahasa Arab. Dalam menyebut kelahiran Nabi Muhammad saw dan Nabi Isa as, kata yang digunakan justru sama, Milad atau Maulid.
Dalam Alquran, kata ‘Muhammad’ kita temukan hanya dalam empat tempat; 3:144, 33:40, 47:2, dan 48:29. Sedangkan kata ‘Ahmad’ kita temukan hanya dalam satu tempat; 61:6. Sementara itu, kata Isa dapat kita temukan pada 25 tempat; 2:87, 2:136, 2:253, 3:45, 3:52, 3:55, 3:59, 3:84, 4:157, 4:163, 4:171, 5:46, 5:78, 5:110, 5:112, 5:114, 5:116, 6:85, 19:34, 33:7, 42:13, 43:63, 57:27, 61:6, 61:14.
Lebih dari itu, Alquran menyebutkan nama Nabi Musa as 136 kali. Jika kita menggunakan logika kuantitatif, maka sepintas Alquran tampak lebih memuliakan Nabi Isa as bahkan Nabi Musa as ketimbang Nabi Muhammad saw sendiri sebagai penerima Alquran. (Lho?)
Bagaimana terkait perayaan Milad, Maulid, atau Natal Nabi Isa as? Bukankah umat Islam sah-sah saja merayakan hari agung tersebut sebagaimana kebolehan merayakan Milad, Maulid, atau Natal Nabi Muhammad saw?
“Dan salam sejahtera atasku, pada hari kelahiranku, hari kematianku, dan hari kebangkitanku.” (QS. Maryam [19]:33)
Demikian Milad Nabi Isa as disitir dalam Alquran, terlepas dari perbedaan penetapan hari lahir Nabi Isa as, apakah 25 Desember, 1 Januari, ataukah 7 Januari dalam penanggalan Gregorius.
Jika Nabi Isa as dan Nabi Musa as disebutkan lebih banyak dari Nabi Muhammad di dalam Alquran, tidakkah yang lebih utama merayakan Milad atau Natal kedua Nabi tersebut adalah umat Islam ketimbang umat lainnya?
“Wahai orang-orang beriman, rukuklah, sujudlah, sembahlah Tuhan-mu dan berbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.” (QS. Al-Hajj [22]:77)
Demikianlah perintah untuk berbuat baik dalam Alquran. Jika perbuatan perayaan tersebut mengandung kebaikan, penuh hikmah, mengenalkan perjalanan hidup seorang Nabi dalam menebar kasih sayang, maka alangkah agungnya perayaan Milad Nabi Isa as. Apatah lagi Milad Nabi Muhammad saw.
“Dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah” (QS. Ibrahim [14]:5). Hari-hari Allah begitu luas maknanya. Sekadar catatan, kata ‘Hari’ dalam bentuk jamak itu sendiri disebutkan 23 kali dalam Alquran.
‘Allamah Thabathaba’i dalam tafsirnya Al-Mizan, menyitir hadis dari Imam Ja’far Shadiq yang membawakan hadis dari Rasulullah saw, bahwa yang dimaksud dengan hari-hari Allah adalah karunia-karunia-Nya dan ujian-ujian-Nya. Oleh karena itu, ayat tersebut diakhiri dengan kalimat “Sesungguhnya di dalamnya terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang sabar dan bersyukur.” Yaitu, bersabar atas ujian dari-Nya dan bersyukur atas karunia-Nya.
Jika Milad Nabi Isa as dan Milad Nabi Muhammad saw dianggap sebagai hari-hari Allah yang penuh karunia dan tanda-tanda kebesaran-Nya, maka umat Islam sudah selayaknya merayakan hari lahir keduanya sebagai bentuk rasa syukur atas karunia-Nya.
“Demikianlah dan barang siapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS. Al-Hajj [22]:32). Ayat selanjutnya menyebutkan, “Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebagian dari syiar-syiar Allah.” (QS. Al-Hajj [22]:36)
Dengan menyebutkan bahwa unta-unta yang dikurbankan pada saat berhaji dan Hari Raya Qurban sebagai sebagian syiar-syiar Allah, maka semoga dengan merayakan Milad Nabi Isa as dan Nabi Muhammad saw, kita digolongkan sebagai umat yang mengagungkan syiar-syiar Allah.
Jelang akhir tahun 2014, Muslim Lebanon misalnya, merayakan Milad Agung dalam rangka aksi solidaritas nasional atas umat Kristen di sana. Hal ini dapat dilihat dari lafal Allah disandingkan dengan Milad Majid di Tripoli.
Demikian halnya pohon Natal bertuliskan ‘Milad Majid‘ (Natal Agung) berdiri kokoh di depan Masjid Al-Amin, Beirut, Lebanon.
Di penghujung 2015, dalam perayaan Milad Nabi Isa as bertajuk ‘Palestina Mempersatukan Kita‘, Universitas Al-Quds memasang lusinan foto para Syuhada di pohon Natal. Di antara syuhada tersebut adalah Mohammad Abu Khdeir, anak berusia 10 tahun yang dibakar hingga wafat oleh Zionis Israel.
Satu hal penting yang terjadi tahun ini adalah perayaan Milad Nabi Isa as dan Nabi Muhammad saw yang hampir bersamaan. Akankah ini salah satu pertanda bahwa nubuat bersatunya Islam dan Kristen dalam panji Isa Al-Masih as dan Imam Mahdi sudah kian dekat? Insya Allah. (Hatem/Yudhi)