Berita
Benarkah ada Operasi Kubah Hijau di Jemundo ?
Pengungsi Syiah Sampang yang berada di Rusunawa Puspo Agro Jemundo, Sidoarjo, seperti tidak ada habisnya dipermainkan oleh orang-orang yang berusaha memancing di air keruh. Bagaimana tidak? Dengan tiba-tiba pada hari minggu, tanggal 10 November 2013, pada pukul 07.00 WIB, sekitar 140 aparat kepolisian dan militer berdatangan ke Rusunawa Puspo Agro Jemundo, Sidoarjo.
Sejam kemudian, sebuah bis kosong juga di datangkan ke Rusunawa. Lalu pada pukul 10.00 WIB di susul Kemenag Jatim, Kesra, Asisten III Sekda Provinsi Jawa Timur Edi Purwinarto, Prof. Abd. A’la dan Tim Rekonsiliasi-nya tiba di Rusunawa. Dan pada pukul 11.30 WIB para pengungsi diminta untuk berkumpul di lantai dasar yang kabarnya akan dilakukan sosialisasi pemulangan. Namun setelah ditunggu beberapa lama, ternyata tidak ada sosialisasi yang dilakukan.
Sedangkan Kemenag Jatim dan aparat pemerintah daerah pada saat itu, sibuk sendiri melakukan rapat di Posko BPD yang ada di Rusunawa. Akhirnya pengungsi Syiah Sampang memutuskan untuk kembali lagi ke kamar masing-masing, tanpa ada kejelasan selanjutnya. Pada pukul 13.00 WIB, tiba-tiba saja Kemenang dan aparat Pemda melakukan sosialisasi ke satu persatu kamar para pengungi Syiah Sampang.
Namun, tidak ada pengungsi Syiah yang merespon sosialisasi tersebut dan hanya ada satu kamar warga Syiah Sampang saja yang merespon. Di sinilah Kemenag dan aparat Pemda menjelaskan pada penghuni kamar bahwa pemerintah akan melakukan proses pemulangan pengungsi Syiah Sampang dengan cara bertahap. Awalnya pada tahap pertama akan dipulangkan 20 orang, tetapi dengan beberapa persyaratan.
Di antara persyaratannya adalah, pengungsi akan dipindahkan dulu ke Asrama Haji Sukolilo Surabaya dan tidak langsung kembali ke Sampang dan untuk hal itulah disediakan satu buah bis. Kemudian pengungsi juga harus mengikuti program yang akan melibatkan kiai-kiai, yang indikasinya adalah untuk merubah keyakinan warga Syiah agar menganut Sunni sebelum dipulangkan kembali ke Sampang.
Penghuni kamar tersebut menjawab dengan tegas, bahwa mereka hanya mau pulang ke Sampang tanpa persyaratan apapun dari pemerintah dan menagih pemerintah agar memulangkannya dan memenuhi hak-haknya sebagai warga Syiah untuk tetap pada keyakinannya dan dibangunkan kembali rumah-rumah mereka.
Karena gagal mengunjungi dan membujuk warga-warga pengungsi Syiah, Kemenang dan aparat Pemda kembali melakukan rapat di Posko BPD. Dengan kejadian ini para pengungsi Syiah Sampang merasa kecewa dengan Prof. Abd. A’la yang merupakan ketua tim rekonsiliasi justru cenderung diskriminatif terhadap warga Syiah Sampang.
Mereka menduga Prof. A’la telah memberikan data ke pemerintah, tentang warga-warga Syiah Sampang yang dinilai bisa dipengaruhi untuk pindah keyakinan menjadi Sunni. Sehingga ketemu angka sekitar 20 pengungsi yang pada tahap awal akan mengikuti “program pertaubatan” yang di duga telah direncanakan.
Sebelumnya, pekan lalu pada tanggal 6 November 2013, Menteri Agama, Surya Darma Ali (SDA) bersama aparat Pemda juga dengan sembunyi-sembunyi, tiba-tiba mengunjungi pengungsi Syiah Sampang di Rusunawa Puspo Argo Jemundo, Sidoarjo. Pada saat itu para pengungsi diminta mengisi formulir untuk pemulangan dan setelah itu mendapat pengarahan dari SDA.
Karena para pengungsi kawatir mengisi formulir yang belum jelas dan tanpa adanya pendamping pengungsi kala itu, maka para pengungsi meminta pada SDA untuk memberikan pengarahan terlebih dahulu tentang formulir tersebut, sebelum mereka mengisinya. Namun SDA membatalkan pengarahan yang sudah direncakannya dan tidak satupun formulir yang di isi oleh para pengungsi.
Pada akhirnya pengisian formulir pada hari itupun gagal terlaksana dan SDA mengatakan bahwa selanjutnya hal ini akan ditindaklanjuti oleh aparat Pemda Jatim. Dan benar juga, hal tersebut terjadi pada hari minggu tanggal 10 November 2013, seperti yang telah diungkapkan di atas. Hingga saat ini tidak ada satupun warga Syiah Sampang yang berada di pengungsian Rusunawa Puspo Agro Jemundo, Sidoarjo, yang berhasil dipindahkan ke Asrama Haji Sukolilo, Surabaya.
Sementara itu, di hubungi melalui telepon, pendamping pengungsi dari YLBHU ( Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Universalia ), Hertasning Ichlas, menyayangkan tindakan menteri Agama SDA dengan menyatakan “Ini adalah cara SDA yang paling kasar dan nekat untuk terus menuntaskan keinginan dan memenuhi transaksinya dengan para kiai intoleran dengan merencanakan membuat pertobatan pengungsi Syiah sebelum dipulangkan ke kampung halamanya dengan terlebih dahulu memisahkan 20 pengungsi dan mengisolasi para pengungsi di asrama haji Sukolilo, Surabaya, yang rencananya akan dibuat tertutup dan steril dari siapa pun kecuali para kiai dan ulama pilihan SDA untuk membuat tobat pengungsi Syiah.”
Lebih lanjut Hertasning Ichlas menjelaskan “Mengapa paling kasar? Karena SDA melakukan siasat ini di tengah instruksi Presiden Susilo Bambang Yudoyono, agar dia segera menyelesaikan kasus Sampang dengan melakukan reintegrasi secepatnya dan memenuhi hak-hak warga Syiah Sampang sesuai konstitusi dan tanpa persyaratan apapun. Namun rupanya SDA cukup percaya diri bahwa presiden SBY dapat dikelabuinya berkali-kali. Dan apa yang dilakukan oleh SDA saat ini dapat dikatakan merupakan sikap “Pembangkangan” terhadap instruksi presiden untuk memulangkan pengungsi Syiah Sampang yang ada di pengungsian Rusunawa Puspo Agro Jemundo, Sidoarjo ke kampung halamanya tanpa syarat apapun.”
Dan masih menurut Hertasning Ichlas, SDA sebagai menteri Agama yang merupakan pejabat negara telah menunjukkan jati dirinya sebagai seorang yang intoleran dan ini sangat di sayangkan. Lebih lanjut lagi ia mengungkapkan harapannya dengan mengatakan “Harapan satu satunya adalah akal sehat para warga di akar rumput yang telah terlebih dulu sadar dan tercerahkan untuk melihat perbedaan antar Mahdzab dalam Islam”. (ABI/LJ)