Berita
Sidney Jones: ISIS dan Jabhat Al-Nusra Sama Berbahaya
Di tengah kabar kepulangan 300 WNI dari Suriah ke Indonesia dan himbauan pemerintah agar masyarakat waspada dan berhati-hati, belum ada yang tahu pasti dengan kelompok manakah 300 WNI yang datang dari Suriah itu bergabung, apakah mereka bergabung dengan kelompok ISIS ataukah dengan Jabhat Al-Nusra?
Kelompok manakah yang lebih berbahaya bagi Indonesia di antara keduanya?
Menjawab pertanyaan tersebut, Sidney Jones, pakar dan peneliti terorisme di Asia Tenggara sekaligus penasihat senior International Crisis Group (IGC) menjawab saat tim ABI Press mewawancarainya di acara diskusi publik Ujaran Kebencian dan Kebebasan Masa Depan, Selasa (1/12) di LBH Jakarta, Matraman, Jakarta Pusat, bahwa antara Jabhat Al-Nusra dan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) sama-sama berbahaya.
“Kedua-duanya bahaya walaupun saya kira untuk jangka pendek lebih bahaya ISIS, tapi jangan lupakan juga mereka yang bergabung dengan Jabhat Al-Nusra,” jawabnya.
Menjelaskan “one-way ticket” bagi mereka yang berjihad ke Suriah yang tampaknya bertolak belakang dengan kepulangan mereka kembali ke Indonesia, Sidney menjelaskan bahwa memang benar bahwa mereka yang bergabung dengan ISIS adalah mereka yang ingin tinggal di sana untuk bergabung dengan kekhalifahan yang ada di Suriah. Sementara warganegara Indonesia yang bergabung dengan Jabhat Al-Nusra di Suriah adalah sekadar untuk mendapatkan keterampilan sebagai militan dan kemudian pulang ke Indonesia.
“Namun saat ini jumlah mereka masih kecil dan setahu kami sebagian besar adalah dari Jamaah Islamiyah (JI) atau dari MMI,” terang Sidney.
Tentang kepulangan WNI dari Suriah ke Indonesia, Sidney menilai ada dua kemungkinan, pertama mereka yang belum bergabung dengan kelompok teror di Suriah dan dipulangkan saat masih di perbatasan dan mereka tidak memiki kemampuan seperti kelompok kedua yaitu mereka yang telah bergabung dengan kelompok teror.
Sidney juga mengingatkan kondisi kelompok ISIS di Indonesia saat ini sedang terpecah, sebab menurutnya sedang terjadi perebutan kekuasaan di antara dua orang Indonesia untuk menjadi “Amir” bagi pasukan ISIS dari Indonesia yang ada di Suriah.
Akibat persaingan tersebut dikhawatirkan mereka yang balik dari Suriah akan melakukan aksi teror di Indonesia untuk membuktikan bahwa dialah yang lebih pantas menjadi Amir di Indonesia daripada lawannya.
Dengan kondisi seperti ini sudah sepatutnya masyarakat Indonesia lebih waspada pada kondisi di sekitar mereka, yaitu terhadap kemungkinan adanya aksi teror baik oleh kelompok ISIS maupun Jabhat Al-Nusra. (Lutfi/Yudhi)