Berita
Unjuk Rasa Poster Kritis
Senin (30/11), komunitas C20 Library & Collabtive bersama kurator Antariksa mengadakan pameran bertajuk Unjuk Rasa: Protest and Political Affirmation in Poster Design. Total terdapat 15 seniman ikut berpartisipasi.
Acara di galeri area perpustakaan C20, di kawasan Jalan Dr. Cipto, Surabaya ini sejatinya sudah dihelat sejak 23 Oktober 2015 yang lalu.
“Silakan, masuk saja dan selamat menikmati. Kebetulan hari ini sepi,” sapa Yuli, petugas di layanan sirkulasi.
Tanpa dipungut biaya, pengunjung bebas menikmati berbagai karya yang dipajang. Pameran ini bertujuan mengenalkan kepada publik tentang kreativitas seniman dalam mengekspresikan pandangan politiknya via gambar poster terhadap aneka isu sosial di Tanah Air. Selain itu, seniman independen melalui acara ini hendak membongkar relasi “pemesan” (konsumen) – “desainer” yang dianggap mengekang naluri kreatif agar karya yang dihasilkan cukup mengekor selera pasar saja.
Seperti 4 karya Natasha Gabriella Tontey berjudul Bespoke Bureau of Fundamental Graphics. Ia dengan berani mengkritik kebangkitan ormas Islam intoleran yang dinilai terlalu ekstrem dalam berdakwah menentang pelegalan miras, wacana Marxisme, Feminisme, serta minoritas waria.
Lain halnya dengan Nobodycorp Internationale. Kelompok seniman yang karya satirnya kerap terpajang bebas di jalan-jalan ini mengkritisi ulah perusahaan yang merusak alam seperti pada kasus Reklamasi Bali, pembakaran hutan Sumatra, dan eksploitasi Chevron di pegunungan Jawa Barat.
Tidak hanya isu kekinian, tema sejarah juga diangkat oleh seniman Redi Murti. Dalam kanvas seukuran kurang lebih A3, ia menggambarkan bagaimana pelanggaran HAM yang dialami oleh tapol 1965.
Selain poster kritik politik, dalam rangka pendidikan sejarah alternatif bagi pengunjung, di pagelaran ini turut dipajang pula koleksi majalah langka Djawa Baroe yang terbit pada zaman penjajahan Jepang serta rupa-rupa buletin pergerakan nasional pada masa 1960. (Fikri/Yudhi)