Berita
Teguran dari Langit
Oleh Hertasning Ichlas
Aku ingin bertanya, mengapa kamu tak ingin mendamaikan sesama manusia dan mereka sesama orang-orang beriman di Sampang? Tidakkah kau membaca firmanku?
Aku lihat kau terus berpaling dariku dan sibuk membenamkan diri dalam transaksi politik di sana-sini termasuk di Sampang. Sadarkah kau sebenarnya, aku meletakkanmu dalam posisimu sekarang untuk memberikan rahmat kepada seluruh rakyat dan agama yang seharusnya kau ayomi. Mengapa terus-menerus kau munculkan agamaku yang berselera rendah? Penuh paksa dan dengki. Agamaku yang suka kekerasan. Agamaku yang tanpa mahabbah dan hikmah?
Lupakah kau siapa sebenarnya Aku? Dan siapa yang menciptakan orang-orang yang kau zalimi dan kau biarkan terbunuh?
Aku mendengar dari malaikatku di desk intelijen, kau membiarkan orang-orang Syiah di Sampang terus terusir di pengungsian dan hanya boleh kembali jika keinginanmu tentang pertobatan atau apa yang kau bungkus sebagai ‘pencerahan’ terlebih dulu dilakukan.
Cobalah buka sedikit akal pikiranmu yang sudah bergelimang pikiran kotor kekuasaan itu. Jika kau terus membutakan diri dari kebenaran, maka kau lah yang pada akhirnya akan tertipu dan kuhinakan.
Kau boleh merasa bisa mengatur pikiran kiai, birokrat, sekondan partaimu di Pemkab Sampang, sampai orang yang kau tunjuk sebagai juru damai itu. Tapi kau tahu, makarku pada akhirnya yang akan berlaku.
Orang-orang Sampang yang mengungsi karena kau itu, menyebut namaku dan rasulku Muhammad dalam setiap tangan mereka yang menengadah, merintih dan bersujud. Di saat kau sibuk membesarkan partaimu dengan kekuasaan dariku, di pengungsian mereka berpuasa, membaca Alquran, shalat malam, bahkan mendoakanmu para umara yang mencelakai mereka.
Aku yang paling tahu kualitas imanmu dan iman mereka. Biarkan kuadili kalian pada waktunya, mengapa kau mencoba menjadi Aku? Tak usahlah kau berdiri menjadi penjaga agamaku kalau kau hanya bisa memaksa, mengancam dan menyesatkan. Kau mencoreng semua nilai yang kufirmankan dan membuatnya seolah-olah islami hanya karena kau menggenggam kekuasaan di tanganmu.
Aku memberikanmu kesempatan sekali lagi. Cobalah kau belajar dari orang-orang yang telah mengupayakan islah dan selama ini telah kau lecehkan hanya karena tak sesuai kemauanmu. Asal kau tahu, mereka adalah sebenarnya suara hati nurani dari rakyat Sampang.
Tidak seperti kau, mereka telah berusaha melihat masalah yang sebenarnya terjadi. Mereka telah memisahkan dusta dari kata dan mendekatkkan agama dengan cinta. Mereka mengupayakan persatuan untuk agamaku. Dan itu adalah sebenarnya kekuatan mereka namun kini tercerai-berai hanya karena orang sepertimu suka mengkafirkan danmenyesatkan.
Aku katakan sekali lagi padamu, aku yang mencipta mereka. Dan aku sengaja memberikan kalian kebebasan agar kalian berlomba-lomba menuju kepada Aku, kepada kesempurnaan kemanusiaan kalian. Akulah yang membekali kalian untuk memilih dan pada gilirannya berbeda-beda termasuk dalam pemahaman dan keyakinan. Tugasmu hanya perlu mengayomi, menegakkan hukum yang adil dan menjadikan agamaku jalan selamat yangmengasihi alam semesta.
Siapa yang memberi kau perintah berbuat kerusakan dan kezaliman?
Sudah menjadi tugasmu untuk mengoreksi dan mengubah watak kekuasaan agar berlaku adil, melayani dan mementingkan hajat hidup publik siapa pun. Tapi kau terus memilih menjadi pemimpin yang tak amanah dan tak berani menegakkan apa yang benar seraya tetap memasang telingamu di tengah kehidupan demokrasi yang berisik. Aku heran mengapa kau merasa nyaman dengan segala ingkar janjimu dan terus asyik menceburkan rakyatmu dimangsa para predator ekonomi dan agama.
Aku ingatkan kau, gunakanlah kekuasaanmu barang sehari saja untuk menyebarkan keadilan dan cinta. Kau akan tahu berkah dari kekuasaanmu. Kau mengurus hambaku yang hidup, yang berkeluh-kesah dan bisa salah. Mereka masih meniti karirnya sebagai manusia, persis seperti dirimu. Kalau aku saja bersabar dengan perkembangan mereka, mengapa kau sukanya mendahului Aku? Aku katakan kepadamu, kekuasaanmu adalah ilusi, dalam sekejap kehormatan dan semua kebanggaanmu bisa aku jungkirkan dalam lubang kehinaan.
Ingat-ingatlah dengan waras, betapa banyak penderitaan dan nestapa yang sudah kau timpakan kepada mahlukku khususnya para pengungsi Sampang. Orang tua di pengungsian yang menangis di malam hari kepadaku karena bingung sebab kehilangan nafkah dan berbulan-bulan tak lagi mampu memberi sangu anak keluarganya untuk biaya sehari-hari dan sekolah. Rumah dan ladang mereka yang kini hangus dan menjadi ilalang. Bahkan iman mereka hendak kau rampas.
Pertanyaannya, mengapa kau bawa-bawa aku dalam semua upaya makarmu itu, sanggupkah kau menerima balasanku? []