Berita
Pesan Khusus Gus Mus di Hari Santri
Dalam pidato penetapan 22 Oktober sebagai Hari Santri, Presiden Jokowi menyatakan keyakinannya bahwa penetapan itu akan dapat memperkuat semangat religius Islam dan kebangsaan bagi para santri. Dengan semangat itu pula, para santri akan selalu ingat pentingnya memperjuangkan kesejahteraan dan keadilan.
“Dengan kesadaran itu, saya yakin penetapan Hari Santri tidak akan menimbulkan sekat-sekat dan polarisasi di antara umat Islam, tapi akan memperkokoh,” ucapnya.
Deklarasi Hari Santri di Istiqlal ini diramaikan dengan hadirnya ribuan santri dari daerah Jakarta dan sekitarnya.
Sementara itu KH. Ahmad Mustofa Bisri yang biasa disapa Gus Mus dalam status di akun FB-nya menyampaikan himbauan dan “sikap resmi”-nya sebagai santri, bertepatan dengan penetapan Hari Santri ini.
Gus Mus meminta kepada mereka yang merasa santri, terutama PENGURUS BESAR NAHDLATUL ULAMA agar mendesak Pemerintan segera menyelesaikan persoalan asap pembakaran hutan yang tak kunjung terselesaikan sekaligus menghukum para pelaku pembakaran hutan dan lahan tersebut.
Selain itu Gus Mus menekankan pentingnya Pemerintah menerbitkan peta geografis sebagai pegangan penerbitan izin bagi pengusaha yang akan mengeksploitasi kekayaan alam di Indonesia agar para pengusaha serakah tak menimbulkan dampak buruk dan membuat rakyat banyak menderita, baik kini maupun di kemudian hari nanti.
“Karena aku santri, maka akupun menyerukan ini kepada Pemerintah dan minta tolong kepada siapapun yang dekat Pemerintah untuk menyampaikan ini. Bila kalian setuju, bagikan statusku ini (tanpa harus meminta izinku),” tulis Gus Mus menutup pesan khususnya tersebut.
Bagi Pemerintah dan kaum Santri, sikap Gus Mus yang mengindikasikan pentingnya Hari Santri mesti dipahami agar penetapan itu tak sekadar menjadi seremonial belaka namun juga menuntut aplikasinya dalam tindakan nyata. (Malik/Yudhi)