Berita
Asyura di Hongkong
Saat bulan Muharam tiba, sebagian kaum Muslimin kembali dirundung duka teringat pembantaian cucunda Nabi saw di padang Karbala. Dalam merefleksikan rasa duka dan untuk menyelami nilai-nilai spirit perjuangan di dalamnya, umat Islam memperingatinya dengan beragam cara di berbagai belahan dunia.
Dari Hongkong, Dewi mengabarkan acara peringatan yang dikenal sebagai Asyura ini.
“Dengan adanya Asyura ini kita bisa mengenang perjuangan Imam Husein as dan kita bisa bangkit menegakkan risalah datuknya yaitu Nabi Muhammad saw,” kata Dewi. Menurutnya, ada sekitar 60 hingga 70 orang ikut hadir merayakan peringatan Asyura ini di sana.
“Sebagian masih pada kerja jadi tidak bisa ikut semua,” imbuhnya.
Peristiwa kesyahidan cucunda Nabi Muhammad saw, Husein as. di medan Karbala merupakan tragedi terbesar dalam sejarah Islam. Jasad suci pemuda penghulu surga itu dianiaya sedemikian rupa, dipenggal kepalanya, ditendang bagaikan bola, diarak dan dipertontonkan bagaikan mainan di bawah penguasaan Yazid bin Muawiyah bin Abi Sufyan yang telah turun temurun menaruh dendam kepada Nabi saw beserta keluarganya.
Tragedi berdarah ini tak hanya menyayat hati Nabi saw namun juga para pencintanya dari masa ke masa. Tragedi Karbala bukan sekadar berbicara soal kematian tanpa makna. Selain terkandung spirit perjuangan melawan ketidakadilan dan penindasan di dalamnya, juga mempertegas posisi Islam sejati yang diusung Husein as dan Islam palsu ala penguasa Yazid yang juga menyebut dirinya sebagai umat Muhammad saw, namun dalam waktu yang sama memerangi keluarga dan sahabatnya yang setia.
Sesuai spirit Islam sejati yang membawa visi perdamaian dan menebar kasih sayang, Asyura di Hongkong (18/10) yang digelar majelis Baqirul Ulum ini mengangkat tema “Asyura Membangkitkan Semangat Menebar Kasih Sayang.” (Malik/Yudhi)