Berita
Momentum Tata Ulang Penyelenggaraan Ibadah Haji Pasca Tragedi Mina
Duka atas korban tragedi Mina belum memudar. Hingga hari ini proses identifikasi dan investigasi masih berlanjut. Banyak jamaah haji hilang dan belum diketahui pasti berapa jumlahnya. Tentu kita berharap penyebab tragedi ini bisa segera terungkap agar tidak lenyap begitu saja, tenggelam bersama waktu dan tertutupi kejadian dan kasus-kasus baru. Seperti yang terjadi saat ini, berita terkait tragedi Mina terbukti telah menutup berita tentang agresi Saudi terhadap Yaman. Kejahatan kemanusiaan itu perlahan hilang dari pemberitaan, sama halnya kejahatan-kejahatan Israel terhadap Palestina.
Adakah pihak tertentu yang sengaja menunggu datangnya bencana dan tragedi baru, agar terkubur dalam-dalam tragedi Mina yang penuh kontroversi ini? Atau hingga suatu saat kejadian ini diterima begitu saja sebagai sebuah takdir? Inilah yang sangat diinginkan oleh pihak yang terlibat, jika memang tragedi ini terjadi karena adanya unsur kesengajaan.
Sebagai bangsa Indonesia kita sangat berduka, karena dalam tragedi Mina, jemaah haji Indonesia menempati urutan kedua terbanyak menjadi korban setelah Iran. Seharusnya Indonesia memiliki power kuat untuk menekan Saudi agar segera menyelesaikan investigasi kasus ini. Terlebih, Indonesia merupakan penyuplai jemaah haji terbesar di dunia.
Anggapan ketidakbecusan Saudi dalam mengelola haji pun bermunculan, meskipun banyak juga yang “membumbuinya” dengan isu takdir, atau bahkan menyalahkan pemandu rombongan haji dari negara masing-masing yang menjadi korban.
Anggapan itu kemudian memunculkan diskusi dan harapan banyak negara supaya pengelolaan haji melibatkan organisasi Islam seperti OKI juga negara-negara lain, terutama yang menyuplai jamaah haji dengan jumlah besar seperti Indonesia.
Terkait hal ini, DPP PKB menggelar diskusi publik dengan menghadirkan Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia di Jakarta.
“Terkait tragedi Mina, otoritas Saudi telah memerintahkan investigasi untuk mencari tahu penyebabnya. Kita sedang menunggu, insya Allah akan kita umumkan kepada media terutama Indonesia,” kata Musthafa Ibrahim Al Mubarak selaku Dubes Saudi.
Menunggu sudah pasti. Tapi sampai kapan? Ini pertanyaan yang belum bisa dijawab oleh otoritas Saudi hingga saat ini.
Musthafa juga mengatakan, selama ini otoritas Saudi telah mengeluarkan milyaran dollar untuk memberikan pelayanan terbaiknya, untuk keamanan maupun kebersihan dan sebagainya.
Namun hal yang kontradiksi diungkap media televisi nasional baru-baru ini yang menyiarkan betapa buruknya pelayanan haji. Di situ diperlihatkan betapa sampah berserakan dalam jumlah sangat banyak di jalan-jalan, kemacetan lalu lintas hingga jemaah terjebak di jalan berjam-jam lamanya, serta tak hadirnya pihak keamanan dan petugas polisi lalulintas Saudi tertangkap kamera saat kontributor menyiarkan laporannya di salah satu jalur perjalanan yang biasa dilalui para jemaah haji.
Hal serupa diungkap Maman Imanul Haq yang baru-baru ini berkunjung ke sana.
“Kita turun dari pesawat, di kantor Imigrasi kita menunggu 6 jam. Petugasnya malah mengobrol sendiri. Mungkin ini karena mereka tidak tahu bahasa kita,” kata Maman yang merupakan Anggota DPR dari Fraksi PKB ini. Menurutnya, penting untuk melibatkan dunia Islam Internasional dalam pengelolaan haji.
Terkait Mina, Maman juga merasa ada yang tidak biasa terjadi di sana.
“Biasanya di Mina banyak petugas di sana tapi saat tragedi, petugasnya sedikit,” paparnya.
Prof. Dr. Alwi Shihab selaku utusan khusus Indonesia untuk Timur Tengah juga diundang menjadi salah satu pembicara. Ia mengatakan bahwa Saudi mau menerima masukan-masukan. “Tapi untuk terlibat pengoperasian, bagi mereka adalah mengusik kedaulatan suatu negara. Dia merasa itu di negaranya. Walaupun kita memiliki Ka’bah dan Madinah yang di dalamnya ada masjid-masjid umat Islam,” ungkap Prof Alwi.
Diskusi yang berlangsung awal Oktober ini digelar di kantor DPP PKB Jakarta Pusat. (Malik/Yudhi)