Berita
Semangat Islah Pengungsi Syiah Tak Kenal Padam
Meski masih terkatung-katung di pengungsian tanpa kejelasan, pengungsi Muslim Syiah Sampang yang tiga tahun merindukan bisa pulang ke kampung halaman, tetap merayakan Hari Raya Iduladha.
Para pengungsi merayakan Hari Raya seadanya. Awalnya, seperti biasa mereka hendak melakukan salat Ied di kampung terdekat, tapi karena mobil jemputan dari pemerintah tidak ada, merekapun melakukan salat Ied di Rusunawa Jemundo.
“BPBD yang nentuin jam berapa kita berangkat. Kita biasanya pagi sudah siap. Jadi kita nungguin jemputan dari BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Jawa Timur,” ujar Nur Kholis, salah satu pengungsi.
“Tapi lama kita nungguin jemputan tidak datang. Padahal salat Ied di sini kan pukul 6 sudah mulai,” keluh Nur Kholis. “Begitu jemputan datang, pukul 6 lebih, ya sudah telat.”
“Yang bisa ikut salat Ied bareng warga jadinya cuma 8 orang saja, yang pake motor,” ujar Nur Kholis. “Yang tak bisa ikut, akhirnya salat di Rusunawa. Ustaz Iklil yang jadi imamnya.”
Kurban dan Islah
Di Hari Raya Kurban 1436 H tahun ini, Ustaz Iklil, Koordinator pengungsi Syiah Sampang saat ABI Press hubungi mengungkapkan rasa terimakasihnya kepada Dana Mustadhafin yang menyalurkan 30 ekor kambing ke para pengungsi Syiah di Rusunawa.
“Ada 30 ekor kambing dari Dana Mustadhafin yang disalurkan kemari,” ujar Iklil. “Juga ada tambahan 4 ekor kambing dari Sidoarjo.”
“Kami sangat berterimakasih sekali. Cuma ini yang bisa kami katakan. Ini sangat membantu kami,” ujar Iklil.
Menurut Ketua Harian Dana Mustadhafin, Ustaz Ahmad Hidayat, 30 kambing itu dikumpulkan dari sumbangan para dermawan khusus untuk pengungsi Syiah di Rusunawa.
“Kita ada 30 ekor disalurkan untuk pengungsi. Selain untuk pengungsi, kita harapkan bisa bermanfaat bagi warga sekitar. Daging kurban itu juga akan diberikan ke warga sekitar pengungsian,” ujar Ahmad Hidayat.
“Kita ingin menunjukkan kita bagian dari umat Islam. Kita tak pernah ragu untuk berkomunikasi dengan masyarakat sekitar. Bahwa kami Syiah bukan sesuatu yang lain, tidak dipandang sebagai bukan Muslim. Kita menjalankan semua ritual terkait hari Idul Kurban. Sekaligus itu jadi pesan kepada pemerintah untuk segera melakukan rekonsiliasi, mengembalikan warga pengungsi ke kampung halaman,” terang Ahmad Hidayat.
Selain mengirimkan kambing ke pengungsian, Dana Mustadhafin juga mengirimkan kambing ke kampung Blu’uran.
“Kita juga kirim kambing ke kampung halaman untuk dibagikan ke warga. Untuk menunjukkan bahwa para pengungsi ini tidak menyimpan dendam. Dengan pelajaran dari Idulfitri dan Iduladha, maknanya bukan saja memotong hewan kurban sapi atau kambing, tapi sekaligus memotong semua perasaan dendam, dengki, iri hati dan pemutusan silaturahmi,” ujar Ahmad Hidayat.
Saningwar, Tim Islah Sampang membenarkan hal ini. Ia memotong hewan kurban dan membagikannya kepada masyarakat sekitar. Saningwar berharap dengan ini, proses Islah semakin lancar. Agar pengungsi bisa cepat kembali ke kampung halaman yang dirindukannya.
“Kalau di Madura itu ada istilah ‘toron’, pulang kampung pas Hari Raya. Dan itu harus. Walaupun jauh harus pulang kampung tiap Hari Raya.
“Kenapa kami tidak boleh pulang kampung padahal sebagai orang Madura itu tradisi kami. Kami ingin ketemu keluarga kami,” ujar Ustaz Iklil sedih. (Muhammad/Yudhi)