Buku
Resensi Buku Antologi Tafsir
Judul Buku : Membongkar Ciri Kaum Munafik
Penulis : Sayid Ali Khamenei, dkk.
Halaman : 218 halaman
Penerbit : Nur Al-Huda
Edisi : Cetakan : Cetakan I, Maret 2015 / Rabiulakhir 1436
Dalam buku antologi tafsir bersampul merah ini terangkum pokok-pokok penafsiran terhadap Surah Al-Jumuah dan Surah Al-Munafiqun oleh tiga ulama kontemporer yang kapasitas keilmuannya dikenal kredibel di dunia Islam: Sayid Ali Khamenei, Syaikh Nasir Makarim Shirazi, dan Syaikh Ja’far Subhani.
Pertanyaan yang mungkin timbul adalah mengapa ketiga ulama besar ini memilih dua surah tersebut? Apa korelasi antara keduanya?
Setidaknya ada dua argumen yang diajukan. Pertama, adanya hubungan saling melengkapi. Surah Al-Jumuah menjelaskan bahwa kaum mukmin merupakan orang beruntung karena mengikuti ketentuan Nabi. Sebaliknya, dalam Surah Al-Munafiqun disebutkan jika kaum munafik telah tersesat karena mengingkari kebenaran. Kedua, adanya anjuran untuk membaca kedua surah ini pada hari dan malam Jumat.
Secara ringkas, Syaikh Shirazi pada bab pertama terkait tafsir Surah Al-Jumuah memaparkan bahwa salah satu hikmah diwajibkannya ibadah Jumat adalah karena ia mengandung arti politik yang penting bagi umat Islam. Rapatnya barisan jamaah menjadi simulasi persatuan umat di bawah kebijaksanaan seorang imam yang adil. Sedangkan Sayid Ali Khamenei di bab kedua dan Syaikh Subhani di bab terakhir sama-sama mengambil Surah Al-Munafiqun sebagai bahan kajian. Di surah tersebut, Allah mengingatkan bahwa kemunafikan adalah sumber perpecahan paling mematikan di internal umat Islam karena sifatnya yang tersembunyi. Kaum munafik hingga detik ini senantiasa memecah belah kerukunan kaum muslimin dengan menghembuskan berbagai fitnah maupun ide-ide intoleran.
Nilai lebih buku ini adalah kemampuannya dalam menampilkan topik tafsir secara ringan untuk ukuran pembaca awam tanpa mengurangi substansi pokoknya. Selain itu, tafsir dari ketiga ulama besar tersebut tampak dinamis sekaligus aplikatif, artinya setiap ilustrasi yang dijabarkan sangat relevan dengan kondisi sosial-politik saat ini sehingga dapat dijadikan acuan memetakan problem umat. Sehingga tidak seperti buku tafsir lain yang umumnya terlalu bertele-tele karena banyak membahas perihal moral atau malah stagnan, yakni sekadar terjebak pada romantisme kisah sejarah para nabi. (Fikri/Yudhi)