Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Merajut Damai dengan Teknologi 

The Wahid Institute bekerjasama dengan Google

Teknologi telah membuat penyebaran ide gerakan menjadi lebih mudah. Meski sayangnya penyebaran pemikiran radikal pun menjadi sama mudahnya. Bukalah Google dan ketikkan kata jihad misalnya, di halaman pertama akan mudah kita temui bahwa link-link beritanya berisi ajaran yang ekstrem mengenai jihad. Padahal dapat pula merajut damai dengan teknologi.

Hal inilah yang menimbulkan kekhawatiran The Wahid Institute, hingga bekerjasama dengan Google menggelar Workshop ‘Pitch For Peace’, di Fairmont Hotel, Jakarta, Selasa (1/9).

Saat membuka acara ini Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menerangkan pentingya mendayagunakan teknologi untuk membendung gerakan-gerakan radikal dan takfiri.

Abdul Rehman Malik, dari Radical Middle Way Kanada yang menjadi salah satu pembicara dalam workshop itu lebih jauh menjelaskan bahwa dalam contoh foto dan video ISIS, jelas bahwa mereka sengaja mengviralkannya, menyebarkannya.

“Mereka ingin untuk melipatgandakan orang-orang agar ikut mereka. Eksekusi-eksekusi keji yang mereka lakukan itu bukan sekadar untuk menghukum, tapi juga sengaja untuk disebarluaskan,” ujar Rehman.

Menurut Rehman, mereka sangat militan dalam menyebarluaskan ide-ide ekstremisme ini. 

“Mereka sangat passionate, militan dalam menyebarkannya. Sementara kita, kita tidak se-passionate itu, tidak semilitan itu.”

Kenapa? Karena bagi mereka itu adalah hidup mereka. Seluruhnya bagi mereka. Sementara kita, kita punya hal yang lebih dari mereka ini. Kita punya kehidupan lain yang lebih penting,” ujar Rehman.

Tantangannya menurut Rehman adalah bagaimana agar orang-orang yang moderat, bisa semilitan mereka dalam menyebarkan pemikiran-pemikiran yang moderat, toleran dan damai ini. 

Selain soal militansi, hal yang tak kalah pentingnya menurut Rehman adalah kemampuan untuk menarasikan pesan-pesan itu agar mudah dicerna dan menarik bagi umat.

The power of telling stories, ini kuncinya. Mengapa ISIS begitu masif pengaruhnya? Karena mereka bagus dalam penarasian pesan-pesannya. Sayangnya, untuk tujuan yang salah,” ujar Rehman.

Agung Yudhawiranata, dari Google Public Policy menyebutkan mudahnya orang mengakses link-link berita yang mengajak pada radikalisme ini.

“Sebenernya paling gampang, kalau search misalnya ‘jihad’ gitu, yang keluar kan konten-konten yang serem-serem,” ujar Agung.

“Itu simply karena itu yang paling banyak dibaca orang. Nah, gimana caranya supaya mereka gak muncul di depan? Ya dengan memperbanyak konten-konten yang positif yang dibaca orang. Agar out konten-konten yang negatif itu,” tambah Agung. (Muhammad/Yudhi)

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *